Kamis, 21 Oktober 2010

Karena Allah, Kami Cinta Negeri Ini

Tolong...tolong...tolong! Tolong pak rw...!

Tewak...tewak tah bangsat (tangkap...tangkap tu maling)!

Teriakan kasar sekelompok orang dan teriakan kesakitan meminta tolong seorang pemuda "pituin-asli" usia dua puluhan mengusik tidur dan mengundang penghuni rumah keluar mengisi ruas jalan kecamatan di pegunungan utara Bandung yang baru diaspal. Biasa, incumbent penguasa otonom daerah itu ingin kembali berkuasa untuk periode kedua, sehingga untuk memikat masyarakat sebisa mungkin program pembangunan dipadatkan jadwal pelaksaannya menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada), di antaranya melicinkan jalan aspal kecamatan itu.

Lima tahun lalu, saat Mujahid baru jelang setahun menjadi warga kabupaten daerah tersebut. Ia membina beberapa pemuda yang tinggal tak jauh dari sekitar desanya bahkan ada beberapa hanya beberapa meter di sekitar rumahnya.

Dalam ingatan Mujahid, malam itu selepas kegiatan rutinan pekanan di rumahnya. Sebagian besar membubarkan diri untuk segera menjalankan tugas pemasangan alat peraga kampanye di daerah mereka masing-masing kecuali Ade dan Ape, mereka sepakat bersama Mujahid akan memasang pamflet dan stiker di sepanjang jalan sambil mengawasi Baliho besar pasangan Cabup-cawabup yang kita usung, di seberang jalan depan rumah. Karena ada informasi, sebagian besar baliho kita yang tersebar di tempat-tempat strategis sudah hilang dan kalaupun ada hanya tinggal kerangka-bingkai bambu setelah dirusak membabi buta oleh sekelompok orang.

Mujahit ke Timur dan duet Ade-Ape ke Utara, menyusuri jalan memasang banner, stiker dan panflet di ruang publik dengan mengusahakan selalu menjaga keindahan-kebersihan-ketertiban (K3). Hingga terjadilah peristiwa "heroik" diikuti teriakan bersahutan memecah keheningan di malam itu.

"...Aya naon, saha nu tadi teriak tewak-bangsat ka anak buah abdi" Mujahid mendekati seseorang yang gemuk tambun yang terlihat berdiri tegak persis di depan baliho yang kita jaga dan awasi dari penghilangan dan pengerusakan.

"Eta pak, budak eta pasang-pasang atribut di jadwal kampanye pasangan calon dukungan saya!"

"Ti mana aturanana, pasang-pasang atribut melangggar kampanye...???" Tegas Mujahid

"Nu nte boleh kampanye terbuka, eta mah kedah sesuai jadwal" Tambah Mujahid

"Bapak saha...?" Orang gemuk-tambun itu bertanya heran.

"Abdi Mujahid, Koordiantor pemenangan pasangan "Pulan-Fulan" di wilayah sini"
Mujahid dengan spontan segera memegang kuat-kuat kedua tangan orang itu, setelah Ade ditemani Pak ketua RW mendekat kami dan mengatakan telah dikeroyok-dipukuli kelompok orang gemuk itu.

"Anda terkena delik pidana , karena telah menganiaya-memukuli anak buah saya, ayo ikut saya ke polsek!"

"Woi...tolong aing-saya!" Si gemuk berontak dan memanggil kelompoknya bersiap kabur dengan mobil mereka.

Si gemuk kita kejar dan tertangkap lagi saat separuh anggota tubuhnya telah masuk ke mobil, dan sungguh pembuktian kuat bagi kita ketika terlihat sudah banyak atribut kampanye kita yang tersimpan menumpuk dalam mobil setelah mereka ambil. Kemungkinan besar, mereka juga akan merusak atau mengambil Baliho besar di depan rumah Mujahid, sayangnya ada Ade dan Ape yang memergoki mereka. Jumlah yang lebih banyak dan tugas kotor mereka membuat mereka kalap dengan mengeroyok Ade dan Ape, Ape mampu melarikan diri, tidak halnya dengan Ade.

Lima tahun kemudian, Tahun ini! Sebelumnya di putaran pertama dengan delapan pasangan dan hari ini masanya masuk Putaran Kedua, Pasangan yang Mujahid jagokan yaitu Ridho Budiman Utama-Dadang Rusdiana kembali bertarung melawan pasangan yang merupakan Anak Menantu Incumbent, dengan nuansa petarungan yang tak jauh beda seperti lima tahun lalu, sungguh terkesan "Very-Very Sangat Tidak Adil". Semestinya tak sekasar itu incumbent mengkondisikan birokrat pemerintahan sampai ke RT-RW untuk memilih menantunya menjadi Dinasti Penerus Kekuasaannya.

Tak ada alasan lain, semata karena Allah kita berjuang dan mencintai negeri elok, kaya raya dan memberdayakan masyarakat menggapai bersama kesejahteraan yang dicita penuh harap.

Pada putaran pertama, pasangan yang diusung oleh Mujahid berada di posisi kedua dan pasangan "menantu incumbent" di urutan pertama. Semoga saja, sejarah perubahan kepemimpinan yang lebih baik tak jauh berbeda seperti di wilayah tetangga, Garut.

Pilkada Garut, 26 Oktober 2008 Pasangan Independen, Ceng Fikri-Dicky Chandra lolos keputaran kedua dengan suara dibawah pasangan dari Parpol Rudi-Oim. Namun pada putaran kedua Ceng Fikri-Dicky Chandra justru lolos dan ditetapkan KPU Garut sebagai pemenang Pilkada di Kabupaten Garut. Pasangan Ceng Fikri-Dicky Chandra menang mutlak dengan 535.289 suara (55,8 persen) mengalahkan pasangan Rudy-Oim dengan suara 423.263 (44,2 persen).

Semoga saja. Karena Allah, kami berjuang.
Karena Allah, Kami Cinta Negeri Ini.
Bismillah! Doakan kami.
Mujahid Cinta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar